MANGGARAI BARAT (NTT), MEDIABARU.CO.ID – Warga Taman Nasional Komodo (TNK), Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), hidup dalam ancaman akibat serangan komodo yang kian meningkat. Kasus penyerangan terhadap warga sudah sering terjadi, bahkan sampai di pemukiman. Untuk mengatasi masalah ini, masyarakat berharap agar pemerintah, melalui Balai Taman Nasional Komodo (BTNK), segera membangun pagar pembatas antara pemukiman dengan habitat komodo. Pagar ini dianggap sebagai solusi utama untuk melindungi warga dari serangan hewan buas tersebut.
Namun, meski pendapatan dari sektor pariwisata TNK terbilang cukup besar, pembangunan pagar pembatas masih terkendala anggaran yang terbatas. Pada 2024, kunjungan wisatawan ke TNK tercatat mencapai ratusan ribu orang dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 53 miliar. Namun, pendapatan ini diserahkan kepada Kementerian Kehutanan (Kemenhut) sebagai penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dan anggaran yang dialokasikan untuk BTNK pada tahun 2025 justru mengalami penurunan menjadi Rp 15 miliar, lebih kecil dari anggaran tahun sebelumnya yang mencapai Rp 23 miliar.
Kepala BTNK, Hendrikus Rani Siga, yang akrab disapa Hengki, menyatakan bahwa anggaran tersebut hanya cukup untuk belanja pegawai dan operasional terbatas, sementara pembangunan pagar pembatas menjadi sangat sulit direalisasikan. Menurutnya, biaya untuk membangun pagar di Pulau Komodo diperkirakan mencapai Rp 4 miliar, sedangkan di wilayah Kerora membutuhkan sekitar Rp 2 miliar. Hengki menegaskan bahwa meski kendala anggaran, pembangunan pagar tetap menjadi prioritas bagi BTNK.
Namun, Hengki juga menjelaskan bahwa ada prioritas lain yang harus dipenuhi, baik dari segi kebutuhan pengelola taman maupun fasilitas lainnya, seperti kantor yang memadai dan sarana transportasi untuk patroli. Pembangunan pagar menjadi prioritas dari sisi keselamatan warga, meski dari perspektif pariwisata, kebutuhan lain juga tak kalah penting. Hengki berharap ada dukungan lebih dalam bentuk kerja sama atau bantuan dari pihak ketiga seperti badan peduli atau relawan.
Sementara itu, meski berbagai upaya telah dilakukan, kenyataannya puluhan warga TNK sudah menjadi korban serangan komodo, dengan beberapa di antaranya meninggal dunia. Kasus terbaru terjadi di Dusun Kerora, Desa Pasir Panjang, Pulau Rinca, di mana seorang warga bernama Hamra diserang komodo saat beristirahat di pondoknya. Beruntung, nyawanya tertolong setelah mendapat perawatan medis di Labuan Bajo. Warga dan pemerintah setempat terus mendesak agar pembangunan pagar segera dilaksanakan demi melindungi masyarakat dari ancaman yang semakin nyata. (*)